Kamis, 16 Maret 2017

Sepuluh Langkah Memimpin Pemahaman Alkitab


SEPULUH LANGKAH PERSIAPAN PEMIMPIN PA


Pada prinsipnya, seseorang yang mempersiapkan diri untuk memimpin kelompok Pendalaman Alkitab (PA) harus melakukan PA pribadi. Seseorang hanya dapat memberi dari apa yang dimilikinya! Dalam rangka PA pribadi itu, seorang pemimpin PA belajar dan mencoba menafsirkan Alkitab, khususnya bagian atau perikop yang akan dipakai sebagai bahan PA.
Menafsir Alkitab adalah usaha yang kita lakukan untuk memahami berita yang dimaksudkan olehpenulis Alkitab, menghubungkannya dengan dan menemukan berita Firman allah itu bagi situasi masa kini. Sebelum, di tengah-tengah dan sesudah persiapan memimpin PA dilakukan, kita perlu berdoa dan hening agar kita dapat mendengar, menerima dan melaksanakan pesan Alkitab dan agar bukan isi Alkitab yang mengikuti pikiran kita tetapi kita dengan setia mengikuti pesan isi Alkitab. Hanya dengan bimbingan Roh Kudus, kita bisa mengerti makna ayat-ayat Alkitab sebagai Sabda Allah.

Langkah pertama:
MEMBACA
Bagian Alkitab atau perikop yang akan ditafsir perlu dibaca berulang kali (lebih dari 1 kali) sehingga lewat pembacaan itu kita mulai membuka diri dan masuk dalam “suasana” Alkitab. Dengan membaca lebih dari 1 kali, kita akan dapat membaca dengan sungguh-sungguh dan teliti. Lakukanlah dengan tenang dan hayati setiap kata sebagai Sabda yang harus didengarkan dengan hati terbuka. Membaca perlahan-lahan lebih dari satu kali merupakan awal yang baik dalam persiapan PA.

Langkah kedua:
MENGANALISIS TEKS
Setelah membaca teks, kita mencoba menganalisis teks, misalnya tentang:
a) Garis besar isi bacaan ini tentang apa?
b) Bentuknya apa: surat, cerita, nasihat, ajaran, perumpamaan, berita, doa atau nyanyian
c) Untuk cerita dan perumpamaan:
· Siapa tokoh-tokoh yang ada di dalamnya?
· Di mana dan kapan peristiwa itu terjadi?
· Peristiwa pokok apa yang diceritakan?
d) Apa masalah pokok yang dibicarakan?

Langkah ketiga:
MEMBANDINGKAN BEBERAPA TERJEMAHAN
Alkitab dalam bahasa Indonesia yang kita pakai adalah hasil terjemahan dari suatu Tim Penerjemah yang terdiri dari para teolog. Tim ini menggali dari bahasa asli Alkitab (Ibrani – PL; Yunani – PB) dan mempelajari terjemahan lain dalam pelbagai bahasa.
Kalau kita mau membandingkan beberapa terjemahan, kita akan menemukan hal-hal baru dan penting. Terjemahan lain yang mungkin dapat kita lihat adalah:
· Alkitab dalam bahasa Jawa atau bahasa Daerah yang kita kuasai,
· Alkitab dalam bahasa Indonesia sehari-hari (BIS)
· Alkitab dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya yang kita pahami.

Langkah keempat:
MEMBANDINGKAN AYAT-AYAT PARAREL DAN AYAT-AYAT REFERENSI
Dalam keempat kitab Injil, seringkali suatu peristiwa dicatat oleh 2,3 atau 4 penulis Injil. Ayat-ayat yang menceritakan hal yang sama dengan cara/ pendekatan berbeda itu disebut ayat-ayat paralel. Hal ini terutama kita dapati dalam Injil-injil.
Contoh:
Ayat-ayat paralel dari perikop Yohanes 13:36-38 disebutkan di bawah judul yaitu Matius 26:31-35, Markus 14:27-31 dan Lukas 22:31-34.
Lalu, dengan bantuan LAI, kita bisa menemukan juga catatan ayat-ayat referensi, yaitu ayat-ayt yang dianggap ada kaitannya dengan ayat-ayat tertentu. Contoh ayat referensi dari Matius 18:16 adalah Ulangan 19:15. Petunjuk ini dicantumkan di bawah perikop Matius 18:15-20 atau di bawah halaman yang bersangkutan.
Dari perbandingan ini kita juga akan menemukan hal-hal yang baru dan lebih menjelaskan makna dari ayat-ayat yang sedang kita tafsir.

Langkah kelima:
MEMPELAJARI KONTEKS
Paling sedikit ada 3 macam konteks yang perlu kita perhatikan dalam penafsiran ayat-ayat Alkitab,
a) Konteks Alkitab secara keseluruhan
Alkitab itu apa dan bicara tentang apa? Pengertian kita tentang apa Alkitab itu sangat menentukan penafsiran kita. Misalnya, bila Alkitab dianggap sebagai “buku Hukum”, maka kita cenderung menafsirkan ayat-ayat Alkitab secara legalistis dan moralistis. Tetapi kalau Alkitab dilihat sebagai “Buku Kesaksian Cinta Kasih Allah”, maka kita akan menafsirkan ayat-ayat Alkitab dengan selalu mengingat karya cinta kasih Allah bagi seluruh ciptaan-Nya yang nampak seperti “benang merah” dalam seluruh Alkitab.
b) Konteks “jauh” (konteks kitab/ surat tertentu)
Ayat-ayat kita adalah bagian dari Kitab/ Surat tertentu yang mempunyai pesan tertentu pula. Untuk mengetahui pesan itu kita dapat membaca buku Pembimbing yang menerangkan:
· siapa penulis kitab/surat itu
· alamat (yang dikirimi surat itu)
· kapan dan garis besar pesannya
Dalam BIS kita dapat menemukan penjelasan tentang garis besar isi kitab/surat pada awal setiap kitab/surat tetapi yang ada di situ terbatas dan bila kita tidak puas, kita perlu membaca buku pembimbing. Sesudah kita mengetahui konteks kitab/surat, maka ayat-ayat tersebut perlu kita baca lagi sambil mengingat konteks tersebut.
c) Konteks “dekat”
Yang dimaksud dengan konteks “dekat” adalah ayat-ayat sebelum dan sesudah perikop kita. Kita harus ingat bahwa sebenarnya dahulu tidak ada pembagian pasal dan ayat dalam Alkitab. Jadi, ada kemungkinan besar ayat-ayat sebelum dan sesudahnya merupakan suatu kesatuan atau suatu kesinambungan yang berkaitan satu sama lain. Kita akan memperoleh pengertian yang benar apabila konteks “dekat” ini kita perhatikan. Pencomotan ayat-ayat dan kemudian ditafsirkan begitu saja lepas dari konteks “dekat”-nya akan “memperkosa” ayat-ayat itu untuk keinginan dan kepentingan diri kita sendiri atau untuk mendukung pendapat kita sendiri.

Langkah keenam:
MEMPELAJARI BUKU PEMBIMBING DAN TAFSIR
Kita perlu mengakui dan menghargai hasil pergumulan dan studi orang-orang beriman yang diberi karunia dan tanggungjawab yang besar dalam menafsir. Hasil pergumulan dan penafsiran mereka perlu dimanfaatkan (namun baru dalma langkah keenam ini)untuk memperkaya usaha penafsiran kita sendiri. Ambillah hal-hal baru yang belum kita dapatkan dan catatlah. Kita harus berusaha agar kita tidak ikut begitu saja pendapat para penulis buku tafsir tersebut, namun kita memanfaatkannya dengan rasa syukur.
Untuk mengetahui latar belakang Alkitab kita dapat membaca buku-buku seperti:Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama dari Dr. D.C. Mulder; Theologia Perjanjian Lama dari Dr. D. Barth; Pengantar kepada Perjanjian Lama dari Dr. J. Blommendaal; Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru dari Drs. M.E. Duyverman;Memperkenalkan Theologia Perjanjian Baru dari A.M. Hunter; Satu Injil Tiga Pekabar dari Drs. B.F. Drewes, dan lain-lain. Sedangkan buku-buku tafsir, dapat kita manfaatkan untuk mencari penjelasan tentang suatu ayat atau kata yang sulit dimengerti. Kita berharap penulis buku tafsir yang memang pakar di bidang penafsiran Alkitab sudah menemukan jawaban atas kesulitan yang sedang kita hadapi.

Langkah ketujuh:
MENYUSUN TAFSIRAN
Dari hasil langkah 1-6, kita dapat mencatat apa yang dipesankan kepada pembaca saat itu. Tafsiran ini bisa dilakukan ayat per ayat atau beberapa ayat digabung atau keseluruhan perikop. Inilah langkah puncak di mana semua hal yang kita ketahui dan kita pahami tentang ayat-ayat tersebut kita tuangkan menjadi suatu tafsiran yang makin memperjelas pesan Alkitab.

Langkah kedelapan:
MEMBUAT PENGENAAN
Kalau dalam langkah ketujuh kita masih harus membatasi diri pada “pesan untukpembaca saat itu”, maka dalam langkah kedelapan ini kita berusaha dan memberanikan diri untuk menemukan pesan untuk pembaca masa kini. Penerapan ini tidak boleh lepas dari hasil penafsiran dalam langkah ketujuh. Langkah ini perlu diawali dengan hening, berdiam diri dan merenungkan apa kehendak Tuhan atau berita yang kita peroleh dari teks Alkitab bagi kehidupan menusia dan jemaat pada masa kini. Sangat penting untuk menjadikan diri kita sendiri sebagai alamat pertama dari berita atau pesan Alkitab itu. Pertanyaan pokok yang dapat membantu kita untuk menemukan pengenaan teks bagi kehidupan masa kini adalah:
· Menurut teks tadi, bagaimana pola hidup manusia dan atau orang beriman itu?
· Bagaimana seharusnya orang Kristen berpikir dan berbicara tentang Allah, manusia dan dunia ini?
· Bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap dan bertindak dalam hidup sehari-hari?
Jadi, yang dimaksud dengan “pola” di sini bukan dalam pengertian “pola” atau “patron” atau “model” dalam dunia jahit-menjahit yang sudah tersedia tinggal ditiru begitu saja. Pola hidup adalah prinsip-prinsip kehidupan yang didasarkan atas pemahaman kita terhadap Allah dan bagaimana menjadi manusia yang baik. Pola hidup ini akan menjadi “spirit” bagi keseluruhan hidup manusia dan atau orang Kristen.

Langkah kesembilan:
MERUMUSKAN TUJUAN PA
Dalam sebuah PA tidak mungkin semua relevansi teks Alkitab dapat dicapai. Oleh karena itu, pemimpin PA perlu menentukan relevansi apa yang sesuai dengan kebutuhan kelompok atau jemaat pada saat ini. Kemudian relevansi itu dirumuskan menjadi tujuan PA. Dalam merumuskan tujuan, yang menjadi pusat perhatian bukanlah pemimpin PA melainkan para peserta, sehingga rumusan dapat ditulis: setelah mengikuti PA ini, para peserta memahami/ menyadari/ mengalami/ mampu ……. dst.

Langkah kesepuluh:
MEMILIH METODE PA DAN MEMPERSIAPKANNYA
Setelah tujuan dirumuskan, maka barulah metode dipilih sesuai dengan tujuan. Dalam hal ini kita harus selalu ingat bahwa metode adalah sarana saja demi tercapainya tujuan. Tujuan tidak boleh dikorbankan demi suatu metode yang kita anggap menarik.

Kemudian dengan mempelajari uraian atau bab tentang metode PA atau dengan kreativitas sendiri untuk menciptakan metode PA yang “baru”, pemimpin PA perlu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk memakai metode tersebut. Yang pertama-tama perlu dibuat adalah susunan langkah-langkah dan pembagian waktu. Sesudah itu, semua perlengkapan yang diperlukan harus dipersiapkan dengan baik. Termasuk dalam persiapan ini, perlu sekali memperhatikan bagaimana ruang yang akan dipakai agar mendukung pelaksanaan PA dengan metode yang sudah kita pilih.

Pemahaman Alkitab Dengan Metode Diskusi

MEMIMPIN PA KELOMPOK DENGAN METODE DISKUSI

      
      Mulailah tepat pada waktunya. Disamping membuang waktu, kebiasaan terlambat menimbulkan dampak psikologis yang buruk, seperti seolah-olah PA itu hanya main-main dan tidak penting.
      Sikap saudara sebagai pemimpin adalah salah satu faktor penting dalam menentukan spirit dan suasana pertemuan. Sikap yang menghormati otoritas Alkitab akan menular sekalipun mungkin saudara tidak mengekspresikannya dengan kata-kata. Kasih dan keterbukaan saudara kepada anggota di dalam kelompok akan segera mempengaruhi mereka. Sikap yang rileks dan kegembiraan yang sungguh-sungguh dalam pertemuan akan menyebar kepada setiap anggota kelompok sejak awal PA dimulai.
      Aturlah susunan duduk yang melingkar sehingga setiap orang dapat saling memandang dan mudah berbicara satu dengan yang lain. Jangan biarkan kelompok menjadi terlalu nesar. Kelompok menjadi tidak efektif jika jumlah orang terlalu banyak. Kelompok PA yang ideal berjumlah 4-6 orang, bila kelompok terlalu besar maka partisipasi para anggota akan berkurang.

1.     Pastikan semua anggota telah menerima bahan PA yang akan dipelajari dan lebih baik jika kita menyiapkan kertas, alat tulis, dan Alkitab bagi yang tidak membawanya, ingatkan mereka untuk membawa peralatan yang dibutuhkan pada pertemuan selanjutnya.
2.     Perkenalkan semua orang. Kalau anggota saling mengenal, diksusi akan lebih bebas dan terbuka. Dalam mengarahkan pertanyaan, sebutkan nama orang itu. Hal ini akan membantu yang lain mengingat namanya.
3.     Bukalah PA dengan doa. Dengan berdoa maka kita melibatkan kehadiran Allah ditengah-tengah diskusi dan memintaNya agar memberi pengajaran serta menyatakan kehendakNya melalui firman yang akan dipelajari bersama. Walaupun saudara adalah pemimpin kelompok, tetapi ingatlah bahwa saudara tetap membutuhkan Roh Kudus yang memimpin saudara dan tiap orang didalam kelompok untuk memahami firman Allah, ingatlah bahwa saudara juga harus memiliki keterbukaan hati dan kerendahan hati terhadap otoritas Allah.
4.     Sejak awal, jelaskan bahwa pertemuan itu adalah untuk berdiskusi bukan ceramah. Kemudian sampaikan aturan-aturan dasar dalam PA kelompok:
a.                    Alkitab adalah textbook kita.
b.                    Batasan ayat yang akan dipelajari.
c.                    Peran setiap orang dalam diskusi.
5.     Bacalah pengantar pada bahan PA dipermulaan PA untuk mengarahkan kelompok dilanjutkan dengan pertanyaan pendekatan untuk memancing diskusi dan menimbulkan komunikasi yang santai serta bersahabat.
6.     Bacalah bagian firman Tuhan yang akan dipelajari. Diskusi yang intelegent hanya dapat terjadi jika setiap orang ‘akrab’ dengan ayat-ayat yang menjadi bahan pelajaran. Pertimbangkan macam-macam cara dalam membaca Alkitab.
7.     Bila bahan PA dibuat, ikutilah pertanyaan-pertanyaan yang telah ada didalam bahan PA. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya dapat digunakan jika pemimpin PA mengikuti apa yang telah ditulis oleh pembuat bahan PA. Jika anggota kelompok masih belum mengeti apa yang dimaksudkan oleh pembuat bahan PA, anda dapat menyatakannya dengan kata-kata saudara sendiri.
8.     Mungkin satu ketika ada pertanyaan yang agak menyimpang dari petunjuk bahan PA. Contohnya, suatu pertanyaan yang mungkin sudah dijawab dalam pertanyaan sebelumnya. Jika demikian, pindahlah pada bagian yang selanjutnya karena pengulangan pertanyaan yang telah didiskusikan akan menimbulkan kebosanan.
9.     Hindari untuk menjawab pertanyaan saudara sendiri. Suatu kelompok dengan keingintahuan yang besar akan menjadi pasif dan terdiam jika pemimpin terlalu banyak berbicara. Tugas saudara bukan untuk memberi jawaban melainkan mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk menjawab.
10.  Jangan kuatir dengan keheningan. Orang perlu waktu untuk berpikir tentang pertanyaan dan untuk menyusun jawaban mereka. Tetapi cobalah untuk membedakan antara diam karena sedang berpikir dengan diam karena pertanyaan tidak jelas.
11.  Jangan puas dengan satu jawaban. Minta juga jawaban dari peserta yang lain. Tanyalah “Apakah ada jawaban lain?” atau “Apakah ada yang mau menambahkan?” sehingga memberi kesempatan kepada beberapa orang untuk berbicara.
12.  Berilah dukungan yang positif! Orang akan memberikan banyak kontribusi jika mereka merasa bahwa jawaban mereka dihargai. Salah satu bentuk penghargaan adalah dengan mendengarkan dengan penuh perhatian kepada siapapun yang sdang berbicara. Responi jawaban mereka dengan mengatakan “Suatu observasi yang baik” atau “point yang sangat bagus”. Berilah penghargaan khusus kepada orang yang pemalu atau anggota yang ragu-ragu karena takut jawabannya salah.
13.  Terimalah semua jawaban. Jangan sekali-kali menolak jawaban. Jika jawaban itu jelas salah, tanyakan, ”Ayat mana yang membuat Saudara berpikir demikian?” atau “Bagaimana pendapat yang lain?”
14.  Jangan mengharapkan setiap jawaban ditujukan kepada saudara, walaupun itu mungkin terjadi pada permulaan. Apabila anggota kelompok semakin merasa santai, mereka akan benar-benar berinteraksi satu dengan yang lain. Ini menunjukkan tanda diskusi yang baik.
15.  Jangan takut pada perdebatan. Hal ini menghangatkan diskusi, namun demikian perlu diperhatikan kemungkinan adanya debat kusir sebagai keinginan untuk memenangkan perdebatan atau timbulnya perkataan yang dapat menyakiti orang lain. Ingatkan kembali akan peraturan dasar dalam PA kelompok.
16.  Bersedia untuk mengakui kesalahan bila jawaban kita ternyata kurang tepat. Atau menjawab tidak tahu bila memang tidak tahu. Pemimpin PA biasanya merasa bahwa mereka harus menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Jika satu kesalahan jawaban diberikan, atau jika pemimpin membuat kesalahan dan membiarkan hal tersebut, maka spirit didalam kelompok akan hilang. Mengakui kesalahan kita dan kelemahan akan membawa seluruh kelompok kepada satu tingkatan yang baru yaitu keterbukaan kepada anugerah Allah dan keterbukaan antara yang satu dengan yang lainnya.
17.  Perhatikan waktu. Setelah sebuah pertanyaan terjawab dengan memuaskan, segeralah beralih ke pertanyaan berikutnya. Hal ini telah diperhitungkan sewaktu saudara mempersiapkan bahan tersebut.
18.  Secara berkala buatlah kesimpulan tentang apa yang telah kelompok peroleh dari bahan yang dipelajari. Ini akan menolong untuk memperoleh ide-ide berarti selanjutnya dan untuk menjaga alur pertanyaan. Tapi jangan berkhotbah.
19.  Berilah ringkasan pendek bahan yang telah dipelajari pada akhir pertemuan dan tutup dengan doa. Beri kesempatan kepada peserta untuk meresponi dan memohon agar Tuhan menolong untuk melakukan firman Tuhan yang telah didapat.
20.  Akhiri tepat pada waktunya. Yang masih ingin melanjutkan diskusi secara formal boleh tinggal. Yang ada kepentingan lain boleh pulang.

PERMASALAHAN YANG MUNGKIN TIMBUL DALAM DISKUSI

1.         Anggota yang selalu mengajukan komentar yang tidak relevan. Tanyakan padanya: “Darimana ayat yang Saudara ambil?” Anjurkan dia untuk mengajukan pendapat sesuai dengan bagian yang sedang dipelajari. Atau katakan: “Ini menarik tapi kita telah keluar dari topik diskusi” atau alihkan denga mengajukan pertanyaan yang sesuai topik. Tetaplah untuk menunjukkan penghargaan terhadap setiap jawaban kelompok.
2.         Anggota masih baru atau malu. Anjurkan secara halus agar mereka berpartisipasi dalam kelompok. Misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mudah atau meminta mereka membaca bagian Alkitab yang dipelajari. Hargai setiap usaha yang mereka lakukan. Usahakan supaya ia merasa diterima. Bicaralah dengannya sesudah pertemuan. Perkenalkanlah dia pada anggota lain yang tinggal berdekatan atau memiliki kesukaan sama seperti dia.
3.         Anggota yang senang berbicara. Arahkanlah pertanyaan-pertanyaan pada orang lain dengan menyebutkan nama mereka. Kalau perlu, bicaralah dengan dia sebelum pertemuan berikutnya. Kalau ia merasa diterima dan dihargai kelompok, ia akan lebih memperhatikan orang lain.
4.         Anggota yang berpengetahuan luas. Kadang-kadang orang demikian mengganggu suasana dengan terlalu banyak mengutip bagian-bagian Alkitab lainnya. Tunjukkan padanya bahwa lebih baik berkonsentrasi pada satu bagian. Ayat-ayat referensi lainnya hanya berguna untuk menjelaskan satu kesukaran.
5.         Anggota yang selalu ingin menyimpang dari pokok pembicaraan. Usulkan pada orang tersebut untuk membahas topik-topik lain sesudah pertemuan, kalau memang dianggap penting. Tapi selama pertemuan, bahaslah apa yang sudah ditentukan.
6.         Anggota yang cenderung memikirkan apa yang mereka katakan daripada mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Untuk itu kadang-kadang mintalah seorang anggota untuk membuat rangkuman dari apa yang dikatakan oleh orang lain sebelumnya. Jelaskan bahwa hal ini untuk menolong supaya kelompok menjadi pendengar yang baik.

EVALUASI

Berikut ini beberapa pertanyaan yang mungkin dapat menolong saudara untuk mengevaluasi diri ataupun kelompok yang ytelah saudara pimpin:
1.         Apakah saya telah melakukan persiapan dengan baik, apakah saya memiliki waktu untuk berdoa dan mempelajari Alkitab?
2.         Apakah saya cukup memahami bahan PA?
3.         Apakah saya ‘akrab’ dengan pertanyaan-pertanyaan dan catatan-catatan yang saya buat?
4.         Apakah saya merasa nyaman dalam memimpin PA? Mengapa ya dan mengapa tidak?
5.         Adakah setiap orang mengambil bagian didalam diskusi? Adakah diskusi ini tampak seperti suatu pengajaran (karena saya terus-menerus berbicara) atau suatu percakapan di antara dua atau tiga orang didalam kelompok?
6.         Apakah saya memberikan waktu untuk memikirkan jawaban dari tiap pertanyaan yang diajukan?
7.         Apakah saya dapat memudahkan pertanyaan yang tidak jelas?
8.         Apakah saya mendorong kelompok untuk memberikan lebih dari satu respon atas pertanyaan?
9.         Adakah saya mendengarkan dengan baik setiap orang yang berbicara?
10.      Adakah kami terus-menerus membicarakan pokok yang sama tanpa berpindah ke pokok yang lain?
11.      Adakah saya sering membuat ringkasan dari ide-ide utama yang diangkat ke permukaan oleh kelompok?
12.      Apakah diskusi itu dapat mengarah kepada pemahaman yang lebih jauh tentang firman Tuhan?
13.      Adakah kami mendiskusikan tentang bagaimana dapat menerapkan apa yang kami pleajari dalam kehidupan kami?
14.      Adakah saya peka terhadap kebutuhan pribadi anggota kelompok?
15.      Apakah saya dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul dengan efektif?
16.      Hampir tepatkah saya mengikuti rencana pengajaran?
17.      Apakah saya memulai dan menutup PA tepat pada waktunya?
18.      Adakah setiap anggota kelompok terangsang untuk memberikan sumbangan pendapat yang terbaik kepada diskusi itu?
19.      Adakah setiap anggota saling mendengarkan pendapat mereka masing-masing?
20.      Apakah tempat untuk melakukan PA nyaman atau mengganggu jalannya PA?
21.      Apakah yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan kemampuan saya dalam memimpin kelompok PA diwaktu yang akan datang?
22.      Saran apa yang dapat saya berikan kepada anggota kelompok untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam kelompok?

Jika saudara mengevaluasi ketrampilan seudara sebagai pemimpin kelompok PA, waspadalah terhadap jebakan ini:
1.     Membandingkan diri dengan orang lain.
2.     Merasa kecil hati.
3.     Menyerah.
Hendaklah saudara ingat untuk tidak memusatkan evaluasi pada hal-hal yang negatif saja, misalnya pada kesalahan dan masalah-masalah yang timbul.
Jangan putus asa. Setiap orang adalah unik dan Tuhan telah memberikan kita berbagai kemampuan untuk dikembangkan. Belajarlah dengan tekun, Tuhan akan memberi upah pada orang yang setia. Mulailah maju, saudara pasti berhasil.

PENUTUP

            Jika saudara sudah memimpin kelompok-kelompok diskusi selama kurun waktu tertentu, saudara akan merasa lebih percaya diri dalam mengembangkan gaya kepemimpinan saudara. Saudara akan belajar bagaimana merencanakan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing diskusi lebih efektif dan bagaimana cara memberi tanggapan yang tepat kepada anggota-anggota kelompok dalam berbagai situasi.
            Memimpin sebuah diskusi Alkitab adalah suatu hak istimewa yang diberikan kepada saudara. Jangan lupa untuk mengucap syukur kepadaNya atas kesempatan untuk membimbing orang lain supaya dapat menemukan kebenaran firman Tuhan. Percayakan diri saudara kepadaNya supaya Ia menolong dan meningkatkan kepemimpinan saudara supaya efektif lagi sebagai pemimpin kelompok PA.


Bahan Referensi:

1.     Leading Bible Discussions, James F. Nyquist, IVP
2.     Memimpin Kelompok Penelaahan Alkitab, The Navigators, BPK G. Mulia
3.     Menyelidiki Alkitab Berkelompok, Ir. Jimmy, Kuswadi, Perkantas
4.     Tumbuh Dalam Iman Berkat Alkitab, Stefan Leks, Kanisius
5.     Dinamika Kelompok, Mary Go, SAAT Malang
6.     Makalah: Membuat Bahan PA, Alex Nanlohy
7.     Makalah: Membuat Bahan PA Kelompok, nn.
8.     Makalah: PA Kelompok, Linawati Kristomuljono